Translate

Kamis, 19 November 2015

Puisi Jangan-jangan (Tere Liye)

Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat kecantikan
Karena di mana-mana, industri komestik, industri artifisial
Dan orang-orang di sekitar kita, terlalu sibuk menciptakannya
Mengabaikan begitu banyak kecantikan sejati di sekitar

Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat pendidikan
Karena di mana-mana, sekolah, universitas
Dan orang-orang di sekitar kita, terlalu sibuk memberi nilai, pun mengejar ijasah
Lupa orang-orang dulu tidak punya selembar ijasah
Tapi ilmunya menerangi dunia hingga hari ini

Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat politik
Karena di mana-mana, partai, penguasa, kader
Dan orang-orang di sekitar kita, terlalu sibuk mengejar kekuasaan
Menang, menang dan menang
Lupa, meskipun kalah, politik tetap bisa mulia dan bermanfaat

Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat cinta
Karena di mana-mana, buku, film, kisah-kisah
Dan orang-orang di sekitar kita, terlalu sibuk berbunga-bunga indah bicara cinta
Lupa, cinta sejati baru terbukti justeru saat kesedihan dan beban hidup datang
Kasih sayang sesungguhnya terbukti ketika kepercayaan dan komitmen sedang diuji

Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat kerja keras
Karena di mana-mana, di mana-mana, kita lebih suka jalan pintas
Ingin cepat, kalau bisa besok pagi sudah kaya, sudah terkenal
Lupa, bahwa sesuatu yang mudah datangnya, akan mudah pula perginya

Jangan-jangan,
Kita semua tidak pernah paham hakikat waktu
Karena di mana-mana, semua orang bersantai dengan gagdetnya
Sibuk dengan keajaiban teknologi
Dan kita melupakan, sebagian besar waktu kita terbuang sia-sia
Lupa berhitung dan semua sudah terlanjur pergi

Inilah puisi jangan-jangan
Akan panjang sekali daftarnya jika diteruskan
Maka sungguh tidak akan pernah merugi
Orang-orang yang selalu menghisab dirinya setiap hari

Minggu, 08 November 2015

PELANGI SEMU


Di siang menjelang senja ini angin berbisik merdu
Meneriakan hati yang sedang redup
BANGKITLAH JIWA YANG SEPI!!!
Sebentar lagi pelangi menatapmu tersenyum
Menatap langit tertutup pasukan awan hitam
Seperti rezeki yang dibawa malaikan izroil
Tetapi begitu sendu melihatnya
Dia menangis karena kerasnya beban dipikulnya
Menumpahkan semua perasaan yang penuh menyesakkan
Hampir-hampir petir menyambar keras
Karena setiap beban ini selalu dinamis
Entah akan kemana hidup ini berlayar
Menunggu sebuah pelangi semu
Dalam hujan yang begitu deras
Dalam tangisan yang begitu kencang
Dalam kerasnya hidup ini
Kadang harapan akan pelangi begitu hebat
Tetapi hanya semu dan tak terlihat
Apakah memang pelangi tujuan itu?
bahkan ketika kukejar sekuat tenaga hanya semu semata
begitu nyata dimata ini 
bahkan seringkali hanya hujan tanpa pelangi
apakah di depan akan tergurat pelangi?
Ataukah hujan ini adalah anugerah-Nya?
Tetaplah yakin karena Allah tau yang terbaik untuk hambanya

Jadilah pohon yang bahagia karena  hujan dan indah dengan guratan pelangi

minggu, 8 november 2015
jam 10:44 WIB
sambil membayangkan sebuah impian yang selalu didoakan

Sabtu, 07 November 2015


jika sejenak memejamkan mata, membayangkan apa yang sudah dilakukan selama ini? apakah hal ini berguna? apakah dalam usaha ini sudah bernilai ibadah? sejenak merenungkan diri. menyandarkan diri pada Illahi. semua usaha yang sudah dilalui apakah menjadi sebuah arti bagi hidup ini. padahal setiap langkah ini sudah terlalu jauh berjalan.

Ini Soal Pasal Ke-3 Persatuan Indonesia

Akhir akhir ini banyak sekali presoalan sampah... Dan yang paling disayangkan adalah masalah sampah Daerah Khusus Ibukota... Namanya sudah daerah khusus, ditambah lagi jadi ibukota negara.. 
Yang terbayang adalah kita percontohan dan cermin kemajuan bangsa. Tapi yang terjadi adalah sampah menumpuk dimana-mana. Oke, saya tidak membahas jauh untuk permasalahan ini. Yang ingin saya bahas adalah ide untuk menyelesaikannya. Ide dari mahasiswa bodoh yang hanya ingin melihat indonesia tersenyum. Kebiasaan membuang sampah sembarangan sudah jadi kebiasaan sebagian besar orang. Dan sudah tidak aneh klo orang melempar sampah dipinggir jalan. Coba bayangkan kalau sehari anda membuang sampah sembarangan sekali. Dan kalikan dengan jumlah orang indonesia yang penduduknya lebih dari 250juta jiwa. Itu baru sehari. Bagaimana kalau sudah setahun. Mungkin indonesia akan tertutup sampah. Belum lagi penyakit yang timbul karena tumpukan sampah. Belum kenyamanan dan masih banyak hal yang akan ditimbulkan. Ini sudah seperti fenomena gunung es.
Menurut saya Pertama kali yang harus dirubah adalah masalah persepsi. Banyak tangan-tangan kreatif yang bisa membuat persepsi membuang sampah dan memilah sampah. Dari gerakan medsos, menggunakan maskot sebagai lambang semangat memilah sampah, dan berbagai kamoanye untuk menggaungkannya.
Dalam pikiran saya ingin rasanya membuat pengolahan sampah seperti yang dilakukan oleh warga tegal parang, lihat juga beritanya di
http://m.suara.com/news/2015/11/07/063100/warga-tegal-parang-kelola-sampah-jadi-biodigester?utm_source=facebook&utm_medium=fp )
Yah inilah solusi kecil yang menurut saya akan menyalakan lilin di kegelapan. Hal ini akan menginspirasi banyak orang untuk berubah dan akan menular lagi. Ini seperti virus yang akan menyebarkan penyakit semangat ini.
Virus semangat ini yang akan menginspirasi banyak orang untuk bergerak. Dari pemuda, ibu ibu pkk, bapak-bapak pengurus desa, kepala desa, camat, bupati, walikota, gubernur, presiden. Jika semuanya sudah meresapi solusi permasalahan sampah akan semakin mudah dilakukan. Yah, seperti sila ke-3 persatuan indonesia. Butuh persatuan untuk penyelesaian ini. Seperti yang dikatakan nirwono joga, sampah akan meningkatkan ekonomi kreatif skala rumah tangga dan TPA akan menjadi kawasan terpadu kegiatan kratifitas karena sampah sudah diolah pada sumbernya.
Tulisan saya hanya tulisan semata. Sayapun masih bingung merealisasikannya. Itu hanya sekedar pikiran tapi niat ini saya mulai dengan menulis. Semoga kedepan pikiran ini bisa terwujud.
15:37 WIB
Wisma zanqy



Sabtu, 7 novemver 2015